TINGGAL
KENANGAN
By : Avinda Devita Sari (X-J / 05)
Suasana di kelas saat ini sangatlah ramai, karena guru yang mengajar di
kelas kami tidak datang di karenakan ada kepentingan yang mendadak dan tidak
ada guru penggantinya juga. Saat ini aku tengah duduk di bangku dengan
sahabatku tercinta, panggil saja dia Abi, dia orangnya sangat baik, pandai tapi
agak pemalu. Aku dan Abi bersahabat sejak 1,5 tahun yang lalu. Tepatnya sejak
kami masuk di sekolahan Mts Gresik ini.
“ Dev,
apakah aku boleh tanya sesuatu...???” Ucapnya dengan agak malu.
“Tentu,
memangnya mau tanya apa...???”
“Sebentar
lagi kan mau UAS, apakah kamu mau belajar bersama dengan aku...???”
“Tentu mau
Bi, kita kan Sahabat sejati, dari klas 7 kita kan selalu belajar bersama-sama”
“ Oh iya
Dev, kita kan sahabat sejati, aku pengen kamu jangan pernah ninggalin aku, aku
takut sekali kalau kamu ninggalin aku “
“ Sampai
kapanpun kita akan tetap menjadi sahabat dan aku tak akan pernah ninggalin kamu
Bi....”
“Makasih ya
Dev”
“Sama-sama”
Aku merasa
ada yang aneh dari gaya bicaranya sahabatku ini, tapi mungkin itu hanya
perasaanku saja. Waktu telah menunjukkan pukul 12.30, kami segera menata
bangku-bangku yang berantakan dan berdoa bersama-sama kemudian pulang ke rumah
masing-masing.
Pagi hari, sekitar pukul 06.00. Aku
segera berangkat ke sekolah, aku berangkat pagi-pagi sekali karena aku sudah
janji sama Abi kalau kita akan belajar bersama - sama. Saat aku tiba di Sekolah
ternyata Abi belum datang. Aku segera nelvon temanku yang bernama Nur (Tetangga
Abi), Nur pun mengatakan kalau Abi nanti akan telat ke sekolah, karena sepeda
Abi bocor di tengah jalan. Akhirnya akupun belajar sendirian di perpustakaan.
Bel telah berbunyi, aku sama sekali tidak melihat Abi masuk ke dalam
ruangannya. Mungkin aku tidak melihat Abi karena aku beda ruang sama dia. Aku
ruang A sedangkan Abi ruang B. Akhirnya Ujian pun di mulai.
Saat istirahat, aku sedang berada di
kelas sendirian dan Abi menghampiriku dan berkata:
“ Dev,
maafkan aku, aku tadi tidak bisa belajar bersama dengan kamu, karena ban
sepedaku bocor di tengah jalan. Sekali lagi maafkan aku ”
“ aku udah
tau semuanya dari Nur tentang kejadian yang kamu alami tadi. Sebelum kamu minta
maaf kepadaku, aku sudah Maafin kamu Bi. Trus, sekarang sepeda kamu di
mana...???”
“ Sudah aku
bawa ke bengkel dan sekarang sepedanya lagi di perbaiki. Dev, besok lusa kan
ultah kamu. Maaf ya, aku tidak bisa memberi kamu kado ”
“ Tak apa –
apa Bi, kamu mengucapkan selamat kepada aku, itu sudah lebih dari cukup ”
“ Maaf, aku
juga tidak bisa mengucapkan selamat kepada kamu saat ultah kamu nanti, karena
aku akan pergi jauh Dev, mungkin kita tidak akan bisa bertemu lagi ” ucapnya
dengan nada sedih
“Maksud
kamu...???” Ucapku dengan nada kesal
“Sudah Dev
tak usah di bahas lagi, udah dulu ya kalau gitu, aku mau ke ruanganku dulu”
“Ya,
terserah kamu aja”
Aku makin curiga sama tingkah laku
Abi akhir – akhir ini. Aku takut ada sesuatu yang tidak di inginkan terjadi
pada Abi. Aku tidak mau Abi kenapa – kenapa, karena aku sudah menganggap Abi
sebagai saudara sendiri dan aku sangat menyayanginya.
Hari jum’at tlah tiba, kini akupun
bisa merasakan indahnya pagi hari yang di hiasi oleh indahnya bunga Matahari
dan sejuknya embun pagi, begitu senangnya jalan pagi - pagi yang selalu di
temani oleh saudara terkasih.
Setiap liburan sekolah, aku selalu
jalan pagi – pagi bersama saudara yang sangat aku sayangi, dia bernama Ayu,
persis seperti wajahnya yang sangat cantik nan rupawan. Walaupun dia masih
kecil, dia selalu setia menemaniku saat liburan sekolah seperti ini.
Waktu telah menunjukkan pukul 06.30, aku dan saudaraku
segera bergegas pulang ke rumah masing – masing, setelah sampai di rumah, aku
segera mandi kemudian main – main lagi bersama saudaraku. Tak terasa waktu
sudah menunjukkan pukul 12.00, aku segera sholat dhuhur dan setelah sholat, aku
segera tidur siang. Di saat aku di kamar, entah mengapa aku tak bisa tidur dan
selalu ingat sama Abi, mungkin aku teringat sama Abi karena dia sampai saat ini
belum mengucapkan “ Selamat Ulang Tahun” kepadaku. Tapi ya sudahlah, mungkin
dia mau mengucapkannya di saat malam hari nanti.
Malam
hari telah tiba, tepat pukul 20.00, Hp aku berbunyi sangat keras, aku segera
mengangkat telvon yang ternyata dari Nur. Akupun sangat terheran - heran,
karena selama aku sekolah di Mts, Nur tak pernah nelvon aku sama sekali. Tapi
malam ini dia menelvon aku.
“Dev” Ucapnya dengan nada serius
“ Ada apa, tumben kamu nelvon “
“ Dev, Abi telah tiada “
“ Maksud kamu...??? ”
“ Abi meninggal Dev, meninggal karena tenggelam di sungai
tadi siang ”
Akupun tak pernah menyangka, kalau Abi meninggalkan aku
secepat itu. Kini akupun hanya bisa mengingat Abi saat – saat indah bersamanya.
Sering bersenda gurau, bersuka ria, selalu bersama dalam suka maupun duka.
Tapi, kini tiba saat berpisah dan akupun, tak akan pernah bisa melihat dia
lagi. Moga tuhan mempersatukan kami di surga nanti. Ya tuhan, mengapa setiap
ada pertemuan selalu ada perpisahan, aku tak mau hal itu terjadi padaku. Tapi
itu tak mungkin, karena sahabatku kini telah pergi untuk selama – lamanya,
meninggalkan luka yang amat mendalam,,, dan semuanya itu kini hanya tinggal
kenangan......
Selamat tinggal sobat......... moga engkau tenang di alam
sana,,, aku di sini akan selalu mendoakanmu......